Jawaban Atas Pertanyaan Penggemar Dongeng FE – Bumi Datar – (Serial #4) Tentang Gerhana
Oleh : T Djamaluddin [1]
(Profesor Riset Astronomi–Astrofisika, LAPAN)
Gerhana matahari total 9 Maret 2016 di Parigi
(Gambar-gambar ilustrasi diambil dari internet) |
Sains itu adalah akumulasi pemahaman manusia akan alam sepanjang sejarah
manusia. Pemahaman itu diformulasikan secara bertahap dan terus
disempurnakan. Pola pikir ala dongeng FE sama sekali tidak mengandung
unsur sains, hanya “cocokologi” alias comot sana-sini lalu dicocokkan
dengan kerangka berfikir FE. Itu berbeda dengan kerangka berfikir sains,
yang mengumpulkan data dulu baru kemudian hasil pengolahan data dan
analisisnya menghasilkan kesimpulan. Pengujian yang berulang-ulang atas
berbagai hasil penelitian baru menghasilkan teori.
Akumulasi pemahaman akan fenomena alam telah melahirkan sains yang bukan
didominasi oleh lembaga tertentu seperti NASA. Sains itu besifat
universal, termasuk perhitungan gerhana yang basisnya adalah astronomi.
Aplikasi perhitungan gerhana memang disediakan oleh situs NASA, tetapi
itu bukan satu-satunya. Masih ada beberapa aplikasi lainnya yang bisa
digunakan.
Pemahaman gerhana dan perhitungannya didasarkan pada data ilmiah (bukan
asumsi) yang menyatakan bahwa gerhana terjadi pada sistem
bumi-bulan-matahari. Ketiga benda langit tersebut yang karena gravitasi
dirinya secara natural berbentuk bola, tidak ada pengecualian bagi bumi.
Bumi berputar pada porosnya. Bulan yang berjarak sekitar 384,000 km
dari bumi mengitari bumi sebagai planet induknya. Bumi bersama bulan
mengitari Matahari sebagai bintang induk yang berjarak sekitar 150 juta
km. Skematik gerhana sudah banyak diajarkan sejak SD, bahwa gerhana
matahari terjadi ketika matahari terhalang oleh bulan dan gerhana bulan
terjadi ketika purnama tertutup bayangan bumi.
Skematik gerhana matahari dan gerhana bulan |
Gerhana menjadi salah satu masalah yang terlalu disederhanakan oleh
peggemar FE, hanya dengan mencuplik bagian kecil dari informasi gerhana,
yaitu siklus Saros. Seolah-olah gerhana hanya dihitung dengan siklus
Saros, tanpa memperhitungkan besar matahari dan bulan serta jarak
matahari dan bulan.
Kalau begitu, bagaimana sebenarnya cara menghitung gerhana? Sistem
bumi-bulan-matahari bukanlah sistem sederhana, karenanya perhitungan
gerhana sesungguhnya rumit untuk difahami awam. Tetapi, disini saya
cuplikkan contoh salah satu aspek perhitungan gerhana matahari (aspek
titik jatuhnya bayangan bulan di bumi) dari buku “Prediction and
Analysis of Solar Eclipse Circumstances” (by W. Williams, Jr., 1971),
sama sekali tidak menggunakan siklus Saros. Pada perhitungan ini
ditunjukkan parameter jarak matahari-bulan, jarak bulan-bumi, serta
jari-jari matahari, bulan, dan bumi.
Karena bumi berbentuk bola, maka perhitungan menggunakan pendekatan
bidang dasar (Fundamental Plane) yang melewati titik pusat bumi dan
tegak lurus terhadap arah cahaya matahari.
Kemudian dihitung koordinat sumbu bayangan bulan:
Setelah itu dihitung radius umbra dan penumbra untuk mengetahui daerah yang terkena gerhana:
Data yang dihitung dengan aplikasi gerhana NASA sama sekali tidak
menunjukkan periodisitas gerhana mengikuti siklus Saros. Berikut data
gerhana selama 2011-2020, yang di dalamnya terdapat data gerhana 9 Maret
2016 yang terbukti melintasi Indonesia dengan prakiraan waktu dan jalur
yang tepat.
Lalu apa sih siklus Saros yang dicantumkan pada tabel tersebut? Siklus
Saros yang dinyatakan sebagai nomor serial Saros, adalah penanda gerhana
yang mempunyai sifat gerhana yang mirip. Siklus Saros secara rata-rata
berulang sekitar 18 tahun 11 hari. Inilah contoh kemiripan jalur gerhana
pada serial Saros 130: gerhana matahari total (GMT) 26 Februari 1998, 9
Maret 2016, dan 20 Maret 2034 (perhatikan waktunya berselang 18 tahun
11 hari). Siklus Saros sama sekali tidak digunakan untuk menghitung
waktu gerhana.
Untuk awam, tidak perlu repot melakukan perhitungan seperti di atas.
Cukup gunakan aplikasi yang sudah memprogram semua perhitungan rumit
tersebut. Misalnya, aplikasi gerhana di situs NASA.
Contoh hasil perhitungan waktu kejadian gerhana matahari total yang melintasi Parigi, Sulawesi Tengah |
Data pada situs NASA tersebut telah membantu para pengamat di seluruh
Indonesia untuk menyaksikan gerhana pada 9 Maret lalu. Saya sendiri
membuktikan secara langsung gerhana matahari total (GMT) 9 Maret 2016
lalu dari Parigi, Sulawesi Tengah.
"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"
menarik banget buat dibaca
BalasHapusundian axis